Saham Dyandra ( DYAN )
Pertumbuhan ini telah membawa masyarakat Indonesia menuju ke kelas menengah, dimana masalah sandang dan papan relatif telah teratasi pada tingkat ini. Dengan meningkatnya masyarakat Indonesia ke kelas menengah maka ada perubahan tren dalam bisnis di Indonesia.
Dari sebelumnya yang hanya fokus pada pemanfaatan sumber daya alam, sekarang mulai beralih ke bisnis yang lebih memberikan “added value” dan juga jasa Seperti kita tahu dalam beberapa tahun terakhir permintaan kepada bisnis jasa seperti fotografer atau event organizer telah meningkat pesat.
Dari sekian banyak Event Organizer, salah satunya adalah Dyandra perusahaan Event Organizer yang dimiliki oleh kompas Gramedia, dan merupakan salah satu Event Organizer terbesar di Indonesia. Acara rutin tahunan yang diadakan adalah Indonesia International Motor Show ( IIMS ) Bisnis utama Dyandra terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
- Event Organizer, Mesin utama dyandra dengan event terbesar tahunannya IIMS
- Supporting Event, merupakan bagian pendukung dari acara EO seperti membuat booth
- Convention & Exhibition, memiliki beberapa tempat yang bertujuan juga untuk mendukung EO Dyandra, selain itu juga dapat disewakan pada pihak luar
- Hotel, Saat ini Dyandra memiliki 11 hotel dengan brand Amaris dan Santika
Event tahunan IIMS masih merupakan pemasukan terbesar pada bisnis Event Organizer Dyandra, dengan omset mencapai 100 miliar dengan gross margin 30 – 40 %.
Menurut Pak Daswar charge untuk jasa EO event di Indonesia sudah selevel dengan Thailand, dan memberikan margin keuntungan tertinggi bila dibandingkan lini bisnis Dyandra lainnya. Sementara kompetitor Dyandra pada Event Organizer adalah Pamerindo.
Dyandra memiliki beberapa Convention Centre termasuk yang sedang dibangun seperti Bali Nusa Dua Indonesia International, Indonesia International Expo di serpong. Payback untuk Convention dibutuhkan 8 tahun. Pada awal IPO Dyandra memiliki 6 hotel, saat ini memiliki 10 hotel, pada Juni nanti hotel ke 11 Santika kelapa gading akan dibuka.
Sementara pada 2015 akan dibangun 5 hotel lagi hingga total memiliki 16 hotel. Hotel yang dimiliki Dyandra ada dua brand yaitu Amaris hotel untuk budget hotel, dan Santika hotel bintang 3 keatas. Management Dyandra sendiri mengungkapkan akan mengerem penambahan hotel setelah memiliki 16 hotel sesuai rencana awal IPO, hal ini disebabkan karena depresiasi pada hotel membebankan perseroan. Sekedar catatan pada 2013 Dyandra masih merugi dari bisnis hotelnya. Depresiasi pada bangunan hotel adalah 20 tahun dan depresiasi untuk utilisasi hotel 5 sampai 6 tahun.
Biaya yang dibutuhkan untuk membangun hotel adalah dengan menghitung biaya membuat 1 kamarnya seharga 400 juta rupiah. Apabila management membangun hotel 100 kamar maka Capex yang dibutuhkan 40 miliar. Untuk budget hotel seperti Amaris dibutuhkan minimal 60% okupansi rate untuk membuat hotel untung dalam pembukuan setelah depresiasi, dan hotel berbintang seperti Santika dibutuhkan setidaknya 55% okupansi rate. Sementara menurut management payback yang dibutuhkan untuk hotel antara 4 – 5 tahun Pada tahun 2014 ini capex yang dianggarkan perseroan 250 miliar dan akan digunakan untuk pembangunan hotel
Baca Juga :
I will create cryptocurrency backlinks on my crypto blogs
IHSG Diperkirakan Menguat Uji Level Resistance
Gimana Nasip Properti Sekarang Ini ,Pasar Properti